Minggu, 27 Februari 2011

Bencana tanah longsor melanda Kabupaten Banyumas

 
Banyumas - Bencana tanah longsor melanda tiga kecamatan di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, yakni Lumbir, Gumelar, dan Purwojati akibat hujan lebat yang terjadi pada Jumat (4/2) siang hingga malam.
"Hingga saat ini kami masih melakukan pendataan terhadap para korban dan kerugian yang diderita akibat bencana tanah longsor tersebut," kata Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas, Ariono Purwanto, di Purwokerto, Banyumas, Sabtu (5/2).
Sementara itu Camat Lumbir, Tarwanto mengatakan, bencana tanah longsor di Kecamatan Lumbir pada Jumat (4/2) malam, sekitar pukul 19.00 WIB, mengakibatkan dua rumah warga Desa Dermaji RT 06 RW 02 mengalami kerusakan parah.
"Rumah milik Nurahmat Katam hancur akibat terkena longsor dengan kerugian diperkirakan mencapai Rp25 juta, sedangkan rumah Mujiyanto yang rusak parah, kerugiannya ditaksir hanya Rp10 juta," katanya.
Selain itu, kata dia, jalan kabupaten yang menghubungkan Kecamatan Lumbir dan Gumelar terputus akibat longsor sepanjang tiga meter dengan lebar lebih dari sepertiga badan jalan.
Menurut dia, kondisi jalan tersebut saat ini hanya bisa dilalui sepeda motor.
"Bencana tanah longsor di Kecamatan Lumbir tidak menimbulkan korban jiwa," kata Tarwanto.
Camat Purwojati, Hartadi mengatakan, bencana tanah longsor yang terjadi pada hari Jumat (4/2) menimpa tiga rumah milik Ngadirejo (88), warga Grumbul Pawungkalan RT 01 RW 01, Desa Karangmangu.
Menurut dia, ketiga rumah tersebut hancur akibat tertimpa material tanah dari atas tebing setinggi 50 meter.
"Alhamdulillah, bencana tersebut tidak menimbulkan korban jiwa," katanya.
Ia mengatakan, di Kecamatan Purwojati terdapat empat desa yang rawan longsor, yakni Karangmangu, Kalitapen, Kaliwangi, dan Klapasawit.
Sementara itu, Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban Kecamatan Gumelar, Sarnoto mengatakan, bencana tanah longsor di Kecamatan Gumelar mengakibatkan dua rumah di Desa Paningkaban dan satu rumah di Desa Cihonje mengalami kerusakan.
"Ketiga rumah tersebut hanya rusak berat di bagian belakang sehingga masih dapat dihuni. Namun jika turun hujan, penghuninya diimbau untuk mengungsi ke tempat yang aman," katanya.(ant/yan)

Gunung Merapi Meletus



Malam ini berbagai upaya evakuasi korban meninggal akibat Gunung Merapi meletus telah dilakukan. Namun masih banyak kendala yang didapati tim evakuasi, sebab hujan abu vulkanik yang pekat serta panas masih terus menyelimuti kawasan Rawan Bencana disekitar Gunung Merapi.

Sementara itu Mbah Marijan yang dikenal sebagai salah satu juru kunci Gunung Merapi sejauh ini dinyatakan menghilang setelah terjadinya semburan awan panas dari Gunung Merapi.

Menurut pemberitaan yang dirilis oleh situs tempointeraktif.com, bahwa sedikitnya ada lima orang korban tewas ditemukan disekitar rumah Mbah Marijan, yaitu tepatnya pada kawasan Kinah Rejo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

Salah satu wartawan juga disebut-sebut tewas dalam bencana Gunung Merapi meletus serta mengeluarkan awan panas ini, yaitu wartawan Vivanews bernama Yuniawan Nugroho itu diperkirakan masih terjebak di gunung Merapi.

Wawan, sapaan akrab Yuniawan Nugroho ini diduga masih berada di lokasi saat sedang menjalankan tugas meliput Mbah Maridjan, Dusun Kinehrejo, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman Yogyakarta.

Pemimpin Redaksi Vivanews, Karania Dharmasaputra, mengatakan hingga saat ini masih mencari informasi tentang keberadaan Wawan di gunung Merapi. "Kami sudah menghubungi tim SAR, tapi belum ada informasi," ujarnya seperti yang dikutip dari suaramerdeka.com.

Puluhan Rumah Terendam Banjir

image Purworejo, CyberNews. Hujan deras disertai petir yang mengguyur sebagian besar wilayah Kabupaten Purworejo sepanjang Jumat (25/2) malam mengakibatkan Sungai Jali meluap. Luapan air hujan itu menggenang sejumlah jalan di wilayah Kecamatan Ngombol dan Purwodadi. Bahkan, puluhan rumah milik warga itu juga sempat terendam air.
Tidak ada korban jiwa dalam bencana banjir ini. Namun kerugian ditaksir mencapai jutaan rupiah. Warga yang rumahnya sempat terendam air terpaksa mengungsi sementara keluarga dan sanak familinya yang tidak tergenang.
Rumah yang tergenang air antara lain di Desa Sumberejo, Desa Wunut, Desa Susuk Kecamatan Ngombol. Selain itu, sejumlah di Desa Karangsari, Desa Sidoharjo, dan Desa Guyangan Kecamatan Purwodadi juga tergenang. Kedua kecamatan ini merupakan wilayah Purworejo bagian selatan yang bersebelahan.
Selain rumah warga, hektaran padi yang siap panen di kedua kecamatan itu juga tidak luput dari genangan air banjir. Petani pemilik padi terancam gagal panen. Jika air tidak segera menyusut, maka padi yang siap panen tersebut akan mudah busuk.
Banjir pertama kali mulai menggenangi perkampungan warga Sabtu (26/2) dini hari saat warga terlelap. Ketinggian air saat banjir pertama datang mencapai lutut orang dewasa. Warga sempat panik dan langsung mengevakuasi barang-barang ke tempat yang diyakini aman.
( Nur Kholiq / CN14 / JBSM )

Gempa 5,5 SR Landa Padang Sidempuan

MEDAN, KOMPAS.com - Gempa berkekuatan 5,5 skala Richter melanda Kota Padang Sidempuan, Provinsi Sumatera Utara, Senin (7/2/2011) pukul 15.08 WIB.
Kabid Pelayanan Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah I Medan Hendra Suwarta di Medan, Senin, mengatakan, gempa terjadi di 0,81 Lintang Utara dan 98,65 Bujur Timur.
Gempa berkekuatan 5,5 SR itu berada pada 93 kilometer di kedalaman laut di 93 kilometer barat daya Padang Sidempuan.
Getaran gempa terasa hingga ke Sibolga, Kabupaten Tapanuli Tengah dan Aek Godang, Kabupaten Mandailing Natal hingga 3,4 MMI.
Di Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan, intensitas getarannya hanya tiga MMI. Meski terjadi di laut, tapi diperkirakan gempa tersebut tidak berpotensi tsunami.

Tsunami Mentawai


Gempa 7,2 skala Richter mengguncang, lalu disusul tsunami ratusan meter menggulung sejumlah tempat di Kepulauan Mentawai. Ratusan tewas, ratusan pula yang hilang. Medan yang sulit membuat pasukan penyelemat, pengirim bala bantuan, tak bisa datang lekas. Gambar dari lokasi pun tak sampai ke publik secepat yang diharapkan.

Di pusat pemerintahan, sejumlah kejadian membuat kita termangu. Ada pencabutan peringatan tsunami yang terlalu dini. Ada pula menteri yang sibuk mengklaim tak ada kesulitan komunikasi di Mentawai.
Mari kita tengok Mentawai. Doakan saudara kita, bantu mereka dengan berbagai cara.
Sejumlah penduduk yang selamat berjalan melintasi daerah yang disapu tsunami di Pagai Utara,

Badan Penangulangan Bencana Daerah Sumbar menyebutkan korban tewas 282 orang sedangkan jumlah warga dilaporkan hilang 411 orang, korban luka berat tercatat 77 orang dan luka ringan 25 orang. (Antara/Setwapres)Kondisi Desa Pasapuat, Dusun Saumanganya, Kecamatan Pagai Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai pascagempa 7,2 SR disertai gelombang tsunami, Senin (27/10). Tsunami juga terjadi di kecamatan Pagai Selatan dan Kecamatan Sikakap. (Antara/Rapot Pardomuan)

Kondisi Desa Pasapuat, Dusun Saumanganya, Kecamatan Pagai Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai. (Antara/Rapot Pardomuan)

Rabu, 09 Februari 2011

Mengkaji Ulang Ajaran Ahmadiyah

Pendiri Ahmadiyah yaitu Mirza Ghulam Ahmad mengaku dirinya sebagai:
  • Nabi Isa yang kedua yang kedatangannya telah diramalkan Rasulullah SAW dibeberapa hadits
  • Sebagai nabi yang datang setelah nabi Muhammad SAW, tetapi tidak membawa syariat (dipercaya oleh golongan Ahmadiyah Qadiani)
  • Sebagai Imam Mahdi, Mujadid, Krishna dan masih banyak pengakuan serta gelar yang ada pada seorang Mirza Ghulam Ahmad.
 
       Ajaran Ahmadiyah sangat bertentangan dengan ajaran Islam, bahkan mereka telah terusir dari negeri asal mereka India dan Pakistan, Pada tahun 1974, ulama Islam dari 124 negara mengadakan pertemuan di Makkah al-Mukarramah yang disponsori oleh Rabithah al-Alam al-Islami. Dicapai kesepakatan bulat bahwa Mirza Ghulam Ahmad Qadiani dan pengikut-pengikutnya adalah INGKAR/MUNGKAR, KAFIR DAN MURTAD dari ISLAM. Klik disini
         Pada tahun 1980 Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan fatwa bahwa Ahmadiyah adalah aliran yang sesat dan menyesatkan. Klik disini. Tetapi gerakan Ahmadiyah masih tetap berdiri. Ahmadiyah terpecah menjadi dua golongan yaitu Ahmadiyah Qadiani (yang mempercayai kenabian Mirza Ghulam Ahmad) dan Ahmadiyah Lahore (yang tidak mengakui kenabian Mirza Ghulam Ahmad tetapi mempercayai berbagai pengakuan Mirza yang lainnya).
           Ahmadiyah Qadiani yang berpusat di London, Inggris. Memiliki stasiun Radio, Web site dan stasiun televisi yang dinamakan MTA (Muslim Television Ahmadiyya) yang menggunakan beberapa bahasa dunia termasuk bahasa Indonesia. Di Indonesia aliran ini bermarkas di Parung, Bogor yang memiliki kampus yang dinamakan Kampus MUBARAK untuk mencetak kader mubaligh Ahmadiyah. Sasaran mereka adalah mempengaruhi orang Islam yang kurang pengetahuannya tentang Islam, kebanyakannya adalah para petani, nelayan dan orang-orang yang tidak pernah dengar tentang Ahmadiyah. Mereka telah berhasil merubah beberapa desa di daerah Jawa Barat menjadi pengikut ajaran Ahmadiyah. Salah satu strategi mereka untuk menambah jumlah pengikutnya adalah dengan melarang shalat dibelakang imam orang Islam yang lain, melarang kepada orang tua untuk menikahkan anak gadisnya dengan orang yang selain Ahmadiyah, tetapi menganjurkan untuk menikahkan putera mereka untuk menikah dengan gadis diluar Ahmadiyah dengan syarat untuk mengajak masuk Ahmadiyah.
Apa saja ajaran Ahmadiyah ? mengapa mereka dikafirkan ?...
Kami berusaha mengungkap ajaran Ahmadiyah berdasarkan buku yang ditulis Mirza Ghulam Ahmad, yang jika telah siap akan diletakkan pada situs ini. Kami tidak bermaksud untuk mengkafirkan suatu golongan, harapan kami hanya ingin menghindari kesalahpahaman dan perpecahan dalam umat Islam, dengan cara keterbukaan dan kekeluargaan sesama umat Islam.

(Jims)